Awal April, lagi-lagi muncul berita tentang pelecehan wanita di angkutan umum. Heboh, mengingat korbannya seorang artis FTV pendatang baru. Kali ini pelecehan terjadi di atas taksi. Angkutan yang dipandang berkelas, aman dan nyaman ternyata menimbulkan masalah. Bagaimana tidak? Sang artis cantik hanya sendirian, menaiki taksi yang dikendarai seorang laki-laki. Alhasil banyak celah untuk perbuatan maksiat.
Kali ini saya tak ingin membahas spesifik dari sudut pandang sang artis/korban, karena sudah saya bahas pada tulisan yang lalu. Sekilas mengingatkan saja, bahwa sudah seharusnya kita menjaga aurat dan pandangan mata kita. Tapi itu saja tak cukup, kita juga harus menghindari ikhtilath (berbaurnya lawan jenis dalam suatu tempat) dan khalwat (berdua-duaan dengan lawan jenis)
Kasus kali ini lebih erat berkaitan dengan "khalwat" .Walaupun didasarkan karena profesi sebagai supir dan penumpang, kalau syaitan sudah bersemayam dalam hati, tak bisa ditebak apa maunya. Maksiat bisa terjadi kapan saja. Kalau dipikir lagi, susah juga jadi wanita. Naik busway/angkutan umum bisa bahaya, naik taksi pun bahaya, masa harus bawa kendaraan pribadi semua? Jalanan kita sudah cukup padat dengan segala jenis kendaraan dan polusi yang memperparah keadaan.
Sebenarnya tidak perlu ambil pusing kalau kita berjalan dalam koridor Islam. Menjaga dari diri sendiri sebagai langkah awal. Toh semuanya baik dan untuk kebaikan kita. Tapi alangkah baiknya jika tersedia fasilitas untuk memberi keamanan transportasi khususnya bagi para wanita. Tak harus dari pemerintah, inisiatif seseorang pun bisa memberikan manfaat bagi umat Islam. Contohnya yang ada di Jerman ini nih..
Seorang warga Jerman keturunan Irak bernama Selim Reid (24) menyediakan fasilitas yang diberi nama "Muslim Taxi". Ia terinspirasi karena banyak kejadian tidak menyenangkan yang menimpa muslim Jerman di atas taksi. Apalagi jika sang supir membenci umat muslim, seperti yang dialami ibunya sendiri pada tahun 1996. Sang supir mencaci Islam selama perjalanan mengantarkan ibu Reid. Selain itu, banyak umat Islam yang mengeluh bahwa mereka tidak dapat menggunakan hak sesuai dengan keimanan mereka, karena tidak terdapat pemisahan gender yang sesuai syari'at.
Di Taksi Muslim ini penumpang dapat memilih supir sesuai dengan jenis kelaminnya. Supir muslimah untuk penumpang muslimah, dan supir muslim untuk penumpang muslim. Reid sendiri mengatakan layanan taksinya mendapat sambutan positif dari umat Islam di Jerman "Pemisahan mahram adalah bagian dari Syari'at dan itu merupakan bagian dari iman kita, dan Islam merupakan bagian dari Jerman juga."
Walaupun kehadiran taksi ini dianggap ekstrim, Reid berharap agar orang non-muslim pun mau untuk menaikinya, tentu sebagai sarana bagi mereka yang tertarik untuk mengenal islam lebih dalam. Waah, selain mencegah pelecehan baik pelecehan agama maupun seksual, taksi ini juga digunakan sebagai sarana dakwah. Give applause! :D
Hmm, itu di Jerman. Bagaimana di Indonesia..??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar