Selasa, 20 Maret 2012

Sejarah Jilbabku

Assalamu'alaikum..

Apa kabar, ukhti? Semoga selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin..
Sebagai tulisan pertama, saya ingin sedikit berbagi cerita/pelajaran yang saya ambil dari hidup saya sendiri. Semoga bermanfaat, terutama untuk ukhti yang sedang/baru ingin berjilbab.. :)

Banyak wanita ingin berjilbab, namun terhalang berbagai hal. Yang paling sering saya dengar adalah karena 'katanya' imannya belum kuat, takut belum siap, dll. Pernahkah kita memperhatikan anak-anak kecil/balita yang sudah dilatih untuk berjilbab. Padahal kalau ditanya, iman mereka mungkin saja belum sekuat kita yang seharusnya lebih paham soal agama Islam

Cerita saya nih.. Dulu saya pertama kali berjilbab kelas 3 SD. Waktu itu saya pindah dari SD negeri ke MI, tepatnya MI Istiqomah Sambas dengan kemauan saya sendiri. Bukan karena saya ingin mendalami agama Islam, tapi karena MI saya itu masih baru dan merupakan satu-satunya sekolah bertingkat di Purbalingga. Haha.. Ya, itu benar-benar keinginan saya, seorang gadis kecil berusia 8 tahun dengan pola pikir yang sangat sederhana. :)

Karena sekolah di MI, saya diharuskan berjilbab ke sekolah. Tapi saya hanya berjilbab di sekolah, tidak untuk jalan-jalan atau sekedar keluar rumah. Lama-kelamaan mulai muncul rasa malu jika tidak berjilbab. Awalnya dengan teman laki-laki yang sering mampir ke rumah untuk membeli ikan (kebetulan ibu saya punya usaha ikan hias). Rasa malu itu pun simpel, seperti "Kamu kan nggak boleh liat rambutku di sekolah, di mana pun harusnya nggak boleh".

Semakin lama rasa malu itu berkembang. Kelas 6, saya masih sering keluar dan 'pamer' rambut. Dan sesering saya keluar, sesering itulah saya bertemu dengan guru-guru MI.. Saya mulai berpikir "Kenapa aku nggak pake jilbab, kasian guru-guru yang udah ngajarin di sekolah dan berharap aku jadi anak yang sholehah. Kenapa aku nggak nurut?"

Sejak itu saya bertekad untuk berjilbab saat keluar rumah. Di SMP negeri, pemahaman saya masih dangkal, saya hanya punya tekad -> "Aku kan dari MI, Jilbabku ini udah bener, nggak boleh lepas. Aku harus kasih contoh". Tapi tekad nggak cukup, saya mulai berpikir kenapa sih saya harus berjilbab? Sedangkan saat itu saya sedang futur (turunnya iman) karena lingkungan SMP yang sangat berbeda dengan MI. Saya malu, dalam keadaan begini, saya berjilbab tapi ibadah menurun.. Boro-boro tilawah, sholat fardhu saja masih bolong-bolong. Sungguh, saya malu dengan Allah, malu karena saya seakan-akan berkhianat. Ada sedikit kesadaran disana..

Di SMA, saya niatkan untuk ikut rohis. Waktu itu saya masih berjilbab seperti banyak remaja yang katanya 'gaul' -> jeans pensil, kaos ketat, dan jilbab pendek dan tidak syar'i. Saya hanya paham kalau jilbab itu menutup dan rapat. Di rohis, bergaul dengan teman-teman yang sholihah (kebetulan rohis angkatan saya jumlahnya jauh dari tahun lalu dan memang perempuan semua) saya belajar tentang bagaimana berjilbab yang syar'i, dan menjadi paham apa fungsi dari jilbab sesungguhnya yang tak lain adalah melindungi kehormatan dan harga diri wanita itu sendiri. Seperti yang jelas tercantum dalam QS.Al-Ahzab: 59



Artinya: Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ya, saya sadar.. Saya bukan anak SD lagi, semakin dewasa bentuk tubuh wanita berubah dan bisa mengundang ketertarikan lawan jenis yang bukan pada tempatnya. Pelan-pelan saya mengubah penampilan, menyingkirkan baju-baju 'seksi' dan menggantinya dengan rok, celana panjang biasa yang tidak ketat, baju yang longgar, dan jilbab yang menutup dada tentunya.



Sekarang ini walaupun belum 100% sempurna, Insya Allah saya tetap menjaga untuk terus membenahi diri agar tetap syar'i dalam berjilbab. Dan dari jilbab itu pula saya belajar menata hati untuk bersikap menjadi muslimah yang baik.


Nah, ukhti.. Dalam berjilbab, memang harusnya kita siap. Namun ketidaksiapan atau perasaan masih kurang iman bukan berarti menjadi penghalang. Yang terpenting adalah proses menuju yang terbaik.. Karena "Jilbab akan memperkuat imanmu, dan iman itu akan memperteguh jilbabmu".



So, untuk kalian yang sudah berjilbab yuk kita koreksi dan benahi jilbab kita. Dan bagi yang baru berniat, jangan ragu lagi untuk berjilbab, karena jilbabmu adalah harga dirimu. :)


Keep Istiqomah! ^^

Wassalamu'alaikum..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar